MOBILPRESSE.COM – Meski mencatatkan pertumbuhan laba bersih yang solid pada 2024, saham PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) terus mengalami tekanan di pasar. Laba bersih BCA meningkat 12,7% yoy menjadi Rp 54,8 triliun, namun saham BBCA mengalami penurunan signifikan.
Pada perdagangan Kamis (30/1/2025), harga saham BBCA turun 2,1% menjadi Rp 9.150, dan dalam sepekan, saham ini tercatat anjlok 5,1%.
Meski demikian, analisis dari Head of Research Samuel Sekuritas Indonesia, Prasetya Gunadi, menunjukkan prospek yang lebih cerah di tahun ini. Menurutnya, margin bunga bersih (NIM) BCA diperkirakan akan terus membaik, yang dapat mengubah tren pelemahan saham BBCA.
BBCA berencana untuk menaikkan imbal hasil kredit, terutama di segmen konsumer, yang akan mendukung perbaikan NIM. Dengan rasio CASA (current account saving account) tertinggi di sektor perbankan Indonesia, yang mencapai 82%, NIM BCA diprediksi akan meningkat pada 2025.
Selain itu, peningkatan NIM dan solidnya pertumbuhan kredit pada 2024 mendorong laba bersih yang kuat, dengan penyaluran kredit tumbuh 13,8% yoy.
Meski begitu, BBCA dihadapkan pada tantangan terkait potensi pelambatan pertumbuhan kredit menjadi 6-8% pada 2025 dan kemungkinan peningkatan biaya kredit (CoC) seiring dengan depresiasi nilai tukar USD/IDR.
Namun, dengan mempertimbangkan kinerja kuartal IV-2024 dan prospek yang lebih baik, Samuel Sekuritas mempertahankan rekomendasi beli untuk saham BBCA dengan target harga Rp 12.000.
Presiden Direktur BCA, Jahja Setiaatmadja, juga menambahkan bahwa nominal dividen yang dibayarkan akan lebih tinggi dibandingkan tahun sebelumnya, meski keputusan akhir mengenai besaran dividen masih menunggu persetujuan dalam Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS).